MAKALAH
PENIALAIAN LAHAN TERCEMAR
MATA KULIAH MANAJEMEN LAHAN
BERKELANJUTAN
Dosen
Pengampu :
Dr.
Ir. Soesilo Wibowo, MS
Wasissa
Titi Ilhami, SP.M.Si
Dr.
Ir. M. Nasir Nane, MP
Ismi
Puji Ruwaida, SP, MP
Disusun Oleh :
Zawad Mushappudin
NIRM.04.1.15.0717
Tingkat
II A
Semester
IV
JURUSAN PENYULUHAN
PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN
BOGOR
2017
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan Tugas makalah Manajemen Lahan Berkelanjutan yang berjudul Penialaian
Lahan Tercemar.
Dalam
penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari
berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak
Dr.Ir. Soesilo Wibowo, MS selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen Lahan
Berkelanjutan.
2. Ibu
Wasissa Titi Ilhami, SP, MSi selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen Lahan
Berkelanjutan.
3. Bapak
Dr. Ir. M. Nasir Nane, MP selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen Lahan
Berkelanjutan.
4. Ibu
Ismi Puji Ruwaida, SP, MP selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen Lahan
Berkelanjutan.
5. Oma
Anwar selaku Instruktur Mata Kuliah Manajemen Lahan Berkelanjutan.
6. Semua
Pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam
segala hal tidak ada kata yang sempurna, termasuk dalam pembuatan tugas makalah
ini, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu
pengetahuan ini. Semoga tugas ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umunya dan semoga bisa memberikan sumbangsih yang positif bagi kita semua.
Bogor,
Mei 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR
ISI...................................................................................................
ii
DAFTAR
TABEL..........................................................................................
iii
DAFTAR
GAMBAR.....................................................................................
iv
DAFTAR
LAMPIRAN.................................................................................
v
BAB
I PENDAHULUAN..............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan...............................................................................................
2
1.3 Manfaat.............................................................................................
2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
3
2.1 Pencemaran Lahan............................................................................
3
2.2
Penilaian
Lahan................................................................................
4
2.3
Karakteristik
Lahan dan Kualitas Lahan ......................................... 4
2.4 Kelas
Kemampuan Lahan.................................................................
5
2.5 Klasifikasi
Kemampuan Lahan.........................................................
6
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................
11
3.1 Tahapan
Evaluasi Lahan...................................................................
11
3.2 Penyusunan
Karakteristik Lahan......................................................
12
3.2 Penyebab
Pencemaran Lahan...........................................................
13
3.3 Dampak
Pencemaran.........................................................................
15
3.4 Solusi Bagi
Lahan Tercemar.............................................................
16
BAB IV PENUTUP........................................................................................
18
4.1 Kesimpulan.......................................................................................
18
4.2 Saran.................................................................................................
18
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................
20
DAFTAR
TABEL
Tabel
1. Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan............................. 5
Tabel
2. Kelas Kemampuan Lahan..................................................................
6
Tabel
3. Klasifikasi kemiringan lereng............................................................
8
Tabel
4. Klasifikasi kelas kedalaman efektif tanah..........................................
9
Tabel
5. Klasifikasi tekstur tanah.....................................................................
9
Tabel
6. Penilaian Permeabilitas Tanah...........................................................
10
Tabel
7. Klasifikasi drainase tanah..................................................................
10
DAFTAR
GAMBAR
Gambar 1. Bagan Metode Penilaian dan Arahan
Penggunaan Lahan.............
13
Gambar
2. Lahan Yang Terkena Limbah Sampah...........................................
14
Gambar
3. Lahan Yang Terkena Limbah B3...................................................
15
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampran 1. Contoh Lahan Yang Tercemar......................................................
20
Lampiran
2. Krtiteria Baku Kerusakan Tanah Di Lahan
Basah...................... 20
Lampiran
3. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Untuk Menjadi Potensial 21
Lampiran
4. Kriteria Untuk Penentuan Kelas Kesesuaian Lahan.................... 22
Lampiran
5. Hubungan Antara Karakteristik Kesesuaian Lahan Dan Tingkat Pembatas 22
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan
lahan yang semakin meningkat, langkanya lahan pertanian yang subur dan
potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian dan
non-pertanian, memerlukan teknologi tepat guna dalam upaya mengoptimalkan
penggunaan lahan secara berkelanjutan. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya
lahan secara terarah dan efisien diperlukan tersedianya data dan informasi yang
lengkap mengenai keadaan iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainnya, serta
persyaratan tumbuh tanaman yang diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang
mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik. Data iklim, tanah, dan
sifat fisik lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
serta terhadap aspek manajemennya perlu diidentifikasi melalui kegiatan survei
dan pemetaan sumber daya lahan.
Seiring
berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia banyak yang
digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak jangka panjang
yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut. Salah satu diantaranya,
penyelenggaraan pembangunan Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah
pertanian dan sekitarnya menyebabkan berkurangnya luas areal pertanian,
pencemaran tanah dan badan air yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia atau
makhluk hidup lain.
Sedangkan
kegiatan pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan sedimentasi, serta
kekeringan. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah berubah atau
hilangnya bentuk permukaan bumi (landscape), terutama pertambangan yang
dilakukan secara terbuka (opened mining) meninggalkan lubang-lubang besar di
permukaan bumi.
Penilaian lahan adalah
suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan
menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil penilaian lahan
akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan
keperluan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk
penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai
untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan
aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
a.
Memberikan pengetahuan tentang pencemaran
lahan.
b.
Memberikan pengetahuan tentang penilaian
lahan tercemar.
c.
Memberikan wawasan tentang karakteristik
lahan dan kualitas lahan.
d.
Memberikan pengetahuan tentang kelas
lahan.
e.
Memberikan pengetahuan tentang kemampuan
lahan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah penilaian
lahan tercemar adalah sebagai berikut:
1. Dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan mahasiswa mengenai penilaian lahan tercemar.
2. Dapat
digunakan untuk memberikan masukan dalam meningkatkan dan menjaga lahan
pertanian.
3. Dapat
menjadi referensi bacaan tentang penilaian lahan tercemar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pencemaran Lahan
Pencemaran merupakan masuk atau dimasukannya makhluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau
berubahnya tatanan tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketinggkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi dengan
peruntukannya. Lahan yang tercemar merupakan lahan yang keadaan lingkungan
tanah alaminya telah mengalami perubahan atau penambahan senyawa kimia yang
dibuat oleh manusia, sehingga keadaan lingkungan tanahnya sudah tidak alami
lagi, melainkan telah tercemar oleh bahan-bahan kimia maupun logam logam yang
berbahaya. Sehingga remediasi lahan tercemar merupakan proses perbaikan lahan
yang keadaan lingkungan tanahnya sudah tidah alami atau tercemar menjadi suatu
keadaan lingkungan tanah yang baik yang mampu menjadikan tanah sesuai dengan
kondisi pertumbuhan bagi tanaman.
Banyak hal yang dapat menyebabkan tercemarnya suatu
tanah atau lahan. Fuad Amzani dalam makalahnya yang berjudul “Pencemaran Tanah
Dan Cara Penanggulangannya” pada tahun 2012 mengatakan bahwa ada beberapa
komponen yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap tanah, yaitu :
1. Limbah
domestik, terdiri atas limbah cair dan limbah padat.
2. Limbah
industri.
3. Limbah
Pertanian.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian dalam artikelnya yang berjudul “Strategi Penanggulangan
Pencemaran Lahan Pertanian Dan Kerusakan Lingkungan” pada tahun 2008 mengatakan
bahwa Pembangunan kawasan industri pada areal pertanian subur, produktif, dan
po-tensial selain mengurangi luas lahan per-tanian, juga sering kali
menimbulkan per-masalahan lingkungan bagi masyarakat sekitarnya, yaitu
pencemaran bahan ber-bahaya dan beracun (B3) melalui limbah-nya. Limbah
industri yang dibuang ke badan air atau sungai dan lingkungan sekitarnya dapat
mencemari tanah, air, dan tanaman apabila digunakan sebagai sum-ber air pengairan.
Pada umumnya tanaman
tidak
mengalami gangguan fisiologis, namun kualitas hasil/produk pertanian tercemari
berbahaya bagi konsumen.
2.2 Penilaian Lahan
Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah (soil), dimana lahan terdiri dari semua
kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi penggunaannya, sedangkan
tanah hanya merupakan satu aspek dari lahan. Konsep lahan meliputi iklim,
tanah, hidrologi, bentuk lahan, vegetasi dan fauna, termasuk di dalamnya akibat
yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas manusia baik masa lampau maupun masa
sekarang (Dent dan Young, 1981). Kualitas lahan merupakan sifat-sifat yang
kompleks dari suatu lahan. Masing-
masing kualitas lahan mempunyai keragaan tertentu yang berpengaruh terhadap
kesesuaiannya untuk suatu penggunaan tertentu. Setiap kualitas lahan dapat
terdiri dari satu atau lebih karateristik lahan (FAO, 1976).
Penilaian lahan adalah suatu proses penilaian sumber
daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara
yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau
arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan (Ritung dkk., 2007). Penilaian
lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan
penggunaan lahan (land use planning).
Penilaian lahan merupakan proses penilaian lahan jika
diperlukan untuk tujuan tertentu, yang meliputi pelaksanaan dan interpretasi
survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya,
agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan
yang dikembangkan. Berdasarkan tujuan evaluasi, klasifikasi lahan dapat berupa
klasifikasi kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan (Arsyad,
2006).
2.3 Karakteristik Lahan dan Kualitas
Lahan
Kualitas lahan merupakan sifat-sifat yang
kompleks dari suatu lahan. Masing-masing
kualitas lahan mempunyai keragaan tertentu yang berpengaruh terhadap
kesesuaiannya untuk suatu penggunaan tertentu (FAO, 1976).
Karateristik lahan
merupakan atribut dari lahan yang dapat diukur dan diduga secara langsung yang
berhubungan dengan penggunaan lahan tertentu,
misalnya
kemiringan lereng, curah hujan, dan tekstur tanah, dan sebagainya. (FAO, 1976).
Djaenudin et al. (2000) mengemukakan kualitas dan
karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi lahan pada
Tabel. 1
Tabel
1. Hubungan
antara kualitas dan karakteristik lahan
Simbol
Tc
|
Kualitas Lahan
|
Karakteristik
Lahan
|
Temperatur
|
1.
Temperatur rerata (o C ) atau elevasi (m)
|
|
Wa
|
Ketersediaan
air
|
1. Curah Hujan (mm)
2. Lamanya masa kering
(bulan)
3. Kelembaban udara
|
Oa
|
Ketersediaan
oksigen
|
1.
Drainase
|
Rc
|
Media
perakaran
|
1. Tekstur
2. Bahan kasar (%)
3. Kedalaman tanah
4
Ketebalan gambut
5.
Kematangan gambut
|
Nr
|
Retensi
hara
|
1. KTK Liat (cmol(+)/kg)
2. Kejenuhan Basa (%)
3. pH H2O
4. C-Organik
|
Xc
|
Toksisitas
|
1. Aluminium
2. Salinitas/DHL (ds/m)
|
Xn
|
Sodisitas
|
1.
Alkalinitas (%)
|
Xs
|
Bahaya
sulfidik
|
1.
Pyrit (Bahan Sulfidik)
|
Eh
|
Bahaya
erosi
|
1. Lereng (%)
2. Bahaya erosi
|
Fh
|
Bahaya
Banjir
|
1.
Genangan
|
Lp
|
Media
Perakaran
Retensi
Hara
Penyiapan
Lahan
|
1.
Batuan di permukaan (%)
2.
Singkapan batuan (%)
|
Sumber : Djaenudin
et al. (2000).
2.4 Kelas Kemampuan Lahan
Kelas kemampuan lahan
adalah kelompok penggunaan lahan suatu wilayah sesuai dengan kemampuan lahan
tersebut untuk dapat digunakan secara efisien dan optimal, dengan
perlakuan-perlakuan tertentu sehingga dapat dipergunakan secara berkelanjutan
(Tjokrokusumo,2002)
Arsyad
(2006) mengemukakan delapan kelas kemampuan lahan yang dapat dilihat pada Tabel
2. Kelas kemampuan lahan memiliki masing-masing faktor penghambat yang
mempengaruhi penggunaan lahannya.
Tabel 2. Kelas Kemampuan
Lahan
No.
|
Kelas
|
Ciri-Ciri
|
1.
|
I
|
Mempunyai
sedikit penghambat yang membatasi penggunaannya, sesuai untuk berbagai
penggunaan pertanian, mulai dari tanaman semusim (dan tanaman pertanian pada
umumnya), tanaman rumput, padang rumput hutan produksi, dan cagar alam.
|
2.
|
II
|
Memiliki
beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan
penggunaannya atau mengakibatkannya memerlukan tindakan konservasi yang
sedang.
|
3.
|
III
|
Mempunyai
hambatan yang berat yang mengurangi pilihan pengunaan atau memerlukan
tindakan konservasi khusus atau keduanya. Hambatan yang terdapat pada tanah
dalam lahan kelas III membatasi lama penggunaannya bagi tanaman semusim,
waktu pengolahan, pilihan tanaman atau kombinasi pembatas-pembatas
tersebut.
|
4.
|
IV
|
Dapat
digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian dan pada umumnya
tanaman rumput, hutan produksi, padang penggembalaan, hutan lindung dan cagar
alam.
|
5.
|
V
|
Tidak
terancam erosi akan tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak praktis untuk
dihilanghkan yang membatasi pilihan pengunaannya sehingga hanya sesuai untuk
tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi atau hutan lindung dan
cagar alam.
|
6.
|
VI
|
Mempunyai
hambatan yang berat yang menyebabkan tanah-tanah ini tidak sesuai untuk
pengunaan pertanian. Penggunaannya terbatas untuk tanaman rumput atau padang
penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, atau cagar alam.
|
7.
|
VI
|
Tidak
sesuai untuk budidaya pertanian, Jika digunakan untuk padanag rumput atau
hutan produksi harus dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang berat.
|
8.
|
VIII
|
Tidak
sesuai untuk budidaya pertanian, tetapi lebih sesuai untuk dibiarkan dalam
keadaan alami. Lahan kelas VIII bermanfaat sebagai hutan lindung, tempat
rekreasi atau cagar alam.
|
Sumber: Arsyad (2006)
2.5 Klasifikasi Kemampuan Lahan
Klasifikasi kemampuan
lahan adalah penilaian komponen lahan yang menurut Arsyad (1909) adalah
penilaian komponen-komponen lahan secara sistematis dan pengelompokan ke dalam
berbagai kategori berdasar sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat
dalam penggunaan lahan.
Menurut Hadmoko (2012),
beberapa metode klasifikasi kemampuan lahan adalah sebagai berikut:
1. Metode
kualitatif/deskriptif
Metode
ini didasarkan pada analisis visual/pengukuran yang dilakukan langsung
dilapangan dengan cara mendiskripsikan lahan. Metode ini bersifat subyektif dan
tergantung pada kemampuan peneliti dalam analisis.
2. Metode
statistik
Metode
ini didasarkan pada analisis statistik variabel penentu kualitas lahan yang
disebut diagnostic land characteristic (variabel x) terhadap kualitas lahannya
(variabel y).
3. Metode
matching
Metode
ini didasarkan pada pencocokan antara kriteria kesesuaian lahan dengan data
kualitas lahan. Evaluasi kemampuan lahan dengan cara matching dilakukan dengan
mencocokkan antara karakteristik lahan dengan syarat penggunaan lahan tertentu.
4. Metode
pengharkatan (scoring)
Metode
ini didasarkan pemberian nilai pada masing-masing satuan lahan sesuai dengan
karakteristiknya.
Kriteria faktor pembatas
yang menentukan kelas atau subkelas maupun satuan kemampuan lahan menurut
Arsyad (2006), yaitu:
1. Iklim
Dua komponen iklim yang paling mempengaruhi kemampuan
lahan, yaitu temperatur dan curah hujan. Temperatur yang rendah mempengaruhi
jenis dan pertumbuhan tanaman. Di daerah tropika yang paling penting
mempengaruhi temperatur udara adalah ketinggian letak suatu tempat dari
permukaan laut. Udara yang bebas
bergerak akan turun temperaturnya pada umumnya dengan 1 setiap 100 m naik di
atas permukaan laut. Penyediaan air secara alami berupa curah hujan yang
terbatas atau rendah di daerah agak basah (sub humid), agak kering (semi arid),
dan kering (arid) mempengaruhi kemampuan tanah.
2.
Lereng
Ancaman erosi dan erosi yang telah terjadi kerusakan
tanah oleh erosi sangat nyata mempengaruhi penggunaan tanah, cara pengelolaan
atau keragaan (kinerja) tanah disebabkan oleh alasan-alasan berikut:
o
Suatu kedalaman tanah yang cukup harus
dipelihara agar didapatkan produksi tanaman yang sedang sampai tinggi.
o
Kehilangan lapisan tanah oleh erosi
mengurangi hasil tanaman.
o
Kehilangan unsur hara oleh erosi adalah
penting tidak saja oleh karena pengaruhnya terhadap hasil tanaman akan tetapi
juga oleh karena diperlukan biaya penggantian unsur hara tersebut untuk dapat
memelihara hasil tanaman yang tinggi.
o
Kehilangan lapisan permukaan tanah merubah
sifat-sifat fisik lapisan olah yang akan sangat jelas kelihatan pada tanah yang
lapisan bawah bertekstur lebih halus.
o
Kehilangan tanah oleh erosi menyingkap
lapisan bawah yang memerlukan waktu dan perlakuan yang baik untuk dapat menjadi
media pertumbuhan yang baik bagi tanaman.
o
Bangunan-bangunan pengendalian air dapat
rusak oleh sedimen yang berasal dari erosi.
o
Jika terbentuk parit-parit oleh erosi
(gully) maka akan lebih sulit pemulihan tanah untuk menjadi produktif
kembali.
Kecuraman lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng
semuanya mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Kecuraman lereng
tercacat atau dapat diketahui pada peta tanah.
Tabel 3. Klasifikasi
kemiringan lereng
No
|
Kelas
|
Kemiringan Lereng
|
1.
|
A = Datar
|
0% sampai <3%
|
2.
|
B = Landai atau berombak
|
>3% sampai 8%
|
3.
|
C = Agak miring atau bergelombang
|
>8% sampai 15%
|
4.
|
D = Miring atau berbukit
|
>15% sampai 30%
|
5.
|
E = Agak curam atau bergunung
|
>30% sampai 45%
|
6.
|
F = Curam
|
>45% sampai 65%
|
7.
|
G = Sangat curam
|
>65%
|
Sumber: Arsyad (2006)
3. Kedalaman
Tanah (k)
Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang
baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu kedalaman sampai pada lapisan yang
tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. Kedalaman efektif adalah kedalaman
tanah sampai sejauh mana tanah dapat ditumbuhi akar, menyimpan cukup air dan
hara, umumnya dibatasi adanya kerikil dan bahan induk atau lapisan keras yang
lain, sehingga tidak lagi dapat ditembus akar tanaman (Utomo, 1989).
Tabel
4. Klasifikasi kelas kedalaman efektif tanah
No
|
Kelas
|
Kedalaman
Efektif
|
1.
|
k0
= dalam
|
lebih
dari 90 cm
|
2.
|
k1
= sedang
|
90
sampai 50 cm
|
3.
|
k2
= dangkal
|
50
sampai 25
|
4.
|
k3
= sangat dangkal
|
kurang
dari 25 cm
|
Sumber: Arsyad
(2006)
4. Tekstur
Tanah (t)
Tekstur tanah adalah salah satu faktor penting yang
mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air dan permeabilitas tanah serta
berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya.
Tabel 5. Klasifikasi
tekstur tanah
No
|
Kriteria
|
Ciri-Ciri
|
1.
|
t1
= tanah bertekstur halus
|
Tekstur liat berpasir, liat berdebu dan
liat.
|
2.
|
t2
= tanah bertekstur agak halus
|
Tekstur lempung liat berpasir, lempung
berliat dan lempung liat berdebu.
|
3.
|
t3
= tanah bertekstur sedang
|
Tekstur lempung, lempung berdebu dan
debu.
|
4.
|
t4
= tanah bertekstur agak kasar
|
Tekstur lempung berpasir, lempung
berpasir halus dan lempung berpasir sangat halus.
|
5.
|
t5
= tanah bertekstur kasar
|
Tekstur pasir berlempung dan pasir.
|
Sumber: Arsyad
(2006)
5. Permeabilitas
(p)
Permeabilitas merupakan kemampuan tanah
untuk melalukan air dan udara. Secara kuantitatif, permeabilitas merupakan
kecepatan aliran air pada tanah jenuh per satuan waktu pada hidraulik tertentu
(Utomo,1989).
Tabel 6. Penilaian Permeabilitas
Tanah
Kelas
|
Permeabilitas
( cm/jam)
|
Nilai
|
cepat
|
>25,4
|
1
|
sedang
sampai cepat
|
12,7-25,4
|
2
|
sedang
|
6,3-12,7
|
3
|
sedang
sampai lambat
|
2,0-6,3
|
4
|
lambat
|
0,5-2,0
|
5
|
sangat
lambat
|
<0,5
|
6
|
Sumber: Hanmer (1978)
dalam Departemen Ilmu Tanah (2009)
6. Drainase
(d)
Drainase adalah kondisi mudah tidaknya air menghilang
dari permukaan tanah yang mengalir melalui aliran permukaan atau melalui
peresapan ke dalam tanah (Utomo, 1989).
Tabel
7. Klasifikasi drainase tanah
No
|
Kriteria
|
Ciri-Ciri
|
1.
|
d1
= baik
|
Tanah
mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai ke
bawah (150 cm) bewarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak
kuning, coklat atau kelabu.
|
2.
|
d2
=agak baik
|
Tanah mempunyai peredaran udara baik di
daerah perakaran. Tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu
pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari
permukaan tanah).
|
3.
|
d3
= agak buruk
|
Lapisan
atas tanah mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak-bercak
kuning, coklat atau kelabu. Bercakbercak terdapat pada seluruh lapisan bagian
bawah (sekitar 40 cm dari permukaan tanah).
|
4.
|
d4
= buruk
|
Bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan)
terdapat warna atau bercak-bercak bewarna kelabu, coklat, dan kekuningan.
|
5.
|
d5
= sangat buruk
|
Seluruh
lapisan sampai permukaan tanah bewarna kelabu dan tanah lapisan bawah bewarna
kelabu atau terdapat bercak-bercak bewarna kebiruan, atau terdapat air yang
menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat
pertumbuhan tanaman.
|
Sumber: Arsyad
(2006)
BAB
III
PEMBAHASAN
Evaluasi lahan
merupakan proses penilaian potensi lahan untuk bermacam-macam alternatif
penggunaan. Evaluasi kesesuaian lahan sangat fleksibel, tergantung pada
keperluan kondisi wilayah yang hendak dievaluasi. Tujuan dari evaluasi lahan
adalah untuk menentukan nilai suatu lahan untuk tujuan tertentu.Usaha ini dapat
dikatakan melakukan usaha klasifikasi teknis suatu daerah. Fungsi evaluasi
sumberdaya lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara
kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai
perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil.
Manfaat dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan
bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari
perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan.
3.1 Tahapan Evaluasi Lahan
1. Pendekatan
Dalam
evaluasi lahan ada 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh mulai dari tahap konsultasi
awal (initial consultation) sampai kepada klasifikasi kesesuaian lahan (FAO,
1976). Kedua pendekatan itu adalah: 1) pendekatan dua tahapan (two stage
approach); dan 2) pendekatan paralel (parallel approach).
a. Pendekatan
dua tahapan
Pendekatan
dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan
tahap kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan tersebut biasanya
digunakan dalam inventarisasi sumber daya lahan baik untuk tujuan perencanaan
makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi (FAO, 1976). Klasifikasi
kesesuaian tahap pertama didasarkan pada kesesuaian lahan untuk jenis
penggunaan yang telah diseleksi sejak awal kegiatan survei, seperti untuk
tegalan (arable land) atau sawah dan perkebunan.Konstribusi dari analisis
sosial ekonomi terhadap tahap pertama terbatas hanya untuk mencek jenis
penggunaan lahan yang relevan. Hasil dari kegiatan tahap pertama ini disajikan
dalam bentuk laporan dan peta yang kemudian dijadikan subjek pada tahap kedua
untuk segera ditindak lanjuti dengan analisis aspek ekonomi dan sosialnya
b. Pendekatan
parallel
Dalam
pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan
bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari
jenis penggunaan lahan dilakukan secara serempak bersamaan dengan pengujian
faktor-faktor fisik. Cara seperti ini umumnya menguntungkan untuk suatu acuan
yang spesifik dalam kaitannya dengan proyek pengembangan lahan pada tingkat
semi detil dan detil. Melalui pendekatan paralel ini diharapkan dapat memberi
hasil yang lebih pasti dalam waktu yang singkat.
2. Penyiapan
Data
Untuk
melakukan evaluasi lahan baik dengan menggunakan pendekatan dua tahapan maupun
pendekatan paralel perlu didahului dengan konsultasi awal. Konsultasi awal ini
untuk menentukan tujuan dari evaluasi yang akan dilakukan, data apa yang
diperlukan dan asumsi-asumsinya yang akan dipergunakan sebagai dasar dalam
penilaian. Evaluasi lahan yang akan dilakukan tergantung dari tujuannya yang
harus didukung oleh ketersediaan data dan informasi sumber daya lahan.
Pelaksanaan Evaluasi lahan dibedakan ke dalam tiga tingkatan, yaitu: tingkat
tinjau skala 1:250.000 atau lebih kecil; semi detil skala 1:25.000 sampai
50.000; dan detil skala 10.000 sampai 25.000 atau lebih besar. Jenis, jumlah,
dan kualitas data yang dihasilkan dari ketiga tingkat pemetaan tersebut
bervariasi, sehingga penyajian hasil evaluasi lahan ditetapkan sebagai berikut:
pada tingkat tinjau dinyatakan dalam ordo, tingkat semi detil dalam
kelas/subkelas, dan pada tingkat detil dinyatakan dalam subkelas/subunit.
Petunjuk Teknis ini disarankan dipakai terutama untuk tingkat pemetaan semi
detil.
3.2 Penyusunan karakteristik lahan
Karakteristik lahan yang
merupakan gabungan dari sifat-sifat lahan dan lingkungannya diperoleh dari data
yang tertera pada legenda peta tanah dan uraiannya, peta/data iklim dan peta
topografi/elevasi. Karakteristik lahan diuraikan pada setiap satuan peta tanah
(SPT) dari peta tanah, yang meliputi: bentuk wilayah/lereng, drainase tanah,
kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan atas 0-30 cm, dan lapisan bawah 30-50
cm), pH tanah, KTK liat, salinitas, kandungan pirit,
banjir/genangan dan singkapan permukaan (singkapan
batuan di permukaan tanah). Data iklim terdiri dari curah hujan rata-rata
tahunan dan jumlah bulan kering, serta suhu udara diperoleh dari stasiun
pengamat iklim. Data iklim juga dapat diperoleh dari peta iklim yang sudah
tersedia, misalnya peta pola curah hujan, peta zona agroklimat atau peta
isohyet. Peta-peta iklim tersebut biasanya disajikan dalam skala kecil,
sehingga perlu lebih cermat dalam penggunaannya untuk pemetaan atau evaluasi
lahan skala yang lebih besar, misalnya skala semi detail (1:25.000-1:50.000).
Suhu udara didapatkan
dari stasiun pengamat iklim di lokasi yang akan dievaluasi atau diestimasi
dengan Persamaan (Braak, 1928) jika data tidak tersedia.
Gambar 1.
Bagan metode Penilaian dan arahan penggunaan lahan
Kelaskesesuaian
|
Data/petaiklim
|
-
|
Curahhujan
|
-
|
Suhuudara
|
Petatopografi
|
-
|
Relief
|
-
|
Elevasi
|
Data/petatanah
|
-
|
Lereng
|
-
|
Karakteristiktanah
|
KARAKTERISTIKLAHAN
|
MATCHING
|
KESESUAIANLAHANUTK
|
KOMODITASPRIORITAS
|
Persyaratantanaman
|
/
|
Penggunaanlahan
|
ARAHAN
|
PENGGUNAANLAHAN
|
Penggunaanlahan
|
aktual
|
3.3 Penyebab Pencemaran Lahan
Secara umum,
Pencemaran tanah atau lahan dapat disebabkan limbah domestik, limbah industri,
dan limbah pertanian.
a. Limbah
domestik
Limbah domestik dapat berasal dari
daerah: pemukiman penduduk; perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan
lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan
wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.
1.
Limbah padat berupa sampah anorganik.
Jenis sampah ini tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable),
misalnya kantong plastik, bekas kaleng minuman, bekas botol plastik air
mineral, dan sebagainya.
|
Gambar 2. Lahan
yang terkena limbah sampah
|
2.
Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli,
cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat
membunuh mikro-organisme di dalam tanah.
b. Limbah
industri
Limbah domestik dapat berasal dari
daerah: pemukiman penduduk; perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan
lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan
wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.
1.
Limbah industri berupa limbah padat yang
merupakan hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal
dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas,
rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dan lain-lain.
2.
Limbah cair yang merupakan hasil
pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri
pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom,
arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan
logam.
|
Gambar 3. Lahan
yang terkena limbah B3
|
c. Limbah
pertanian
Limbah pertanian berupa sisa-sisa
pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea Pestisida
pemberantas hama tanaman misalnya DDT.
3.4 Dampak Pencemaran
Pencemaran lahan atau
tanah banyak mempunyai dampak negatif yang merugikan bagi alam maupun manusia.
Dampak-dampak negatif yang ditimbulkan diantaranya pada kesehatan dan
ekosistem.
a. Pada
Kesehatan
Dampak pencemaran
tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam
tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida
dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat
berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta
kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
b. Pada
Ekosistem
Perubahan kimiawi
tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya
bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan
perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di
lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies
primer dari rantai makanan, yang dapat
memberi akibat yang besar terhadap
predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek
kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida
makanan dapat menelan bahan kimia
asing yang lama-kelamaan akan
terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari
efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung
menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan
kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada
pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat
menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak
lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan
tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang
dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan
pencemar tanah utama.
3.5 Solusi Bagi Lahan Tercemar
Banyak hal yang dapat di lakukan untuk menanggulangi
lahan tercemar salah satunya dengan melakukan usaha – usaha untuk mecegah agar
tidak bertambah lagi tanah atau lahan yang tercemar dan memperbaiki tanah dan
lahan yang tercemar tersebut. Salah satu solusi untuk memperbaiki lahan yang
sudah tercemar adalah dengan remediasi dan bioremediasi lahan tersebut.
a. Remediasi
Remediasi adalah
kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah. Dalam hal ini remediasi yang di
lakukan bertujuan memperbaik lahan atau tanah yang sudah tercemar. Sebelum
dilakukan remediasi, hal yang perlu diketahui adalah: Jenis perusak atau
pencemar (organik/ anorganik), terdegredasi/ tidak, berbahaya atau tidak, berapa banyak zat perusak/
pencemar yang telah merusak/ mencemari tanah tersebut, perbandingan Karbon (C),
Nitrogen (N), dan Fosfat (P), Jenis tanah, Kondisi tanah (basa, kering) dan
telah berapa lama zat perusak terendapkan di lokasi tersebut. Ada dua jenis
remediasi tanah:
1.
In situ (on-site)
In
situ adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah.
Jenis remediasi ini terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan
bioremediasi.
2.
Ex situ (off site)
Ex
situ meliputi penggalian tanah yang
tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Dari daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar,
caranya: Tanah tersebut disimpan di bak/ tangki yang kedap. Kemudian pembersih
dipompakan ke bak/ tangki tersebut. Selanjutnya zat perusak/ pencemar
dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh
lebih mahal dan rumit.
b. Bioremediasi
Bioremediasi
adalah proses pembersihan perusakan atau pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi
bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan
yang kurang beracun atau tidak beracun (karbondioksida dan air).
Empat
teknik dasar yang biasanya digunakan dalam bioremediasi:
1.
Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli
(di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrient, pengaturan kondisi redoks,
optimasi PH, dan sebagainya.
2.
Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di
lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi
khusus.
3.
Penerapan immobilized enzymes.
4.
Penggunaan tanaman (phyroremediation)
Proses
bioremediasi harus memperhatikan:
·
Temperatur tanah
·
Ketersediaan air
·
Nutrient (N,P,K)
·
Perbandingan C:N kurang dari 30:1
·
Ketersediaan oksigen
BAB
IV
PENUTUP
PENUTUP
4.1 Ksimpulan
Penilaian
lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu
dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi
lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan
keperluan. Lahan yang tercemar merupakan lahan yang keadaan lingkungan tanah
alaminya telah mengalami perubahan atau penambahan senyawa kimia yang dibuat
oleh manusia, sehingga keadaan lingkungan tanahnya sudah tidak alami lagi,
melainkan telah tercemar oleh bahan-bahan kimia maupun logam logam yang
berbahaya.
Secara
umum, Pencemaran tanah atau lahan dapat disebabkan limbah domestik, limbah
industri, dan limbah pertanian. Salah
satu solusi untuk memperbaiki lahan yang sudah tercemar adalah dengan remediasi
dan bioremediasi lahan tersebut.
4.2 Saran
Untuk lebih memahami
semua tentang penilaian lahan tercemar, disarankan para pembaca mencari
referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu,
diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari dalam menjaga kelestarian tanah beserta penyusun
yang ada di dalamnya.
DAFTAR
PUSTAKA
SofyanRitung, Wahyunto, Fahmuddin Agus dan
HapidHidayat. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan. Aceh Barat :
WorldAgroforestryCentre.
Arsyad (2010). Konservasi Tanah dan
Air. (edisi ke dua) Bogor: Serial Pustaka IPB Press.
Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 1992. 5 Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(1987-1991). Sumbangan dan Menyongsong Era Tinggal landas. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian RI. Jakarta.
Buckle. K, Edward.R, Fleet.G, Wotton. M. 1987. Evaluasi Lahan. UI.Press.
Jakarta.
Suryabrata,
Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
https://adiztakcali.wordpress.com/2013/03/07/pembahasan-pencemaran-tanah/.
Diakses tanggal 10 April 2017.
https://hanifweb.wordpress.com/2013/05/05/pencemaran-tanah/.
Diakses tanggal 12 April 2017.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran
tanah/sumber-dan-komponen-bahan-pencemar-tanah/. Diakses pada tanggal 16 April
2017.
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampran
1. Contoh lahan yang tercemar
|
|
Gambar
pengangkatan limbah dari lahan
|
Gambar Keadaan Lahan
Pasca Kebakaran Lahan
|
Lampiran 2. Krtiteria baku kerusakan tanah di lahan basah
NO.
|
PARAMETER
|
AMBANG KRITIS
|
METODE PENGUKURAN
|
PERALATAN
|
1.
|
- Subsidensi gambut di atas
pasir kuarsa
|
> 35 cm/5 tahun untuk ketebalan gambut >
3
m
atau
10%/5 tahun untuk ketebalan gambut
< 3m
|
Pengukuran langsung
|
Patok subsidensi
|
2
|
- Kedalaman lapisan berpirit dari permukaan tanah
|
< 25 cm dengan
pH < 2,5
|
Reaksi oksidasi dan pengukuran langsung
|
Cepuk plastik; H202;
pH stick skala
0,5 satuan; meteran
|
3
|
• Kedalaman
air tanah dangkal
|
> 25 cm
|
Pengukuran
langsung
|
Meteran
|
4
|
- Redoks untuk tanah
berpirit
|
> -100 mV
|
Tegangan
listrik
|
pH meter; elektroda
platina
|
5
|
- Redoks untuk gambut
|
> 200 mV
|
Tegangan
listrik
|
pH meter; elektroda
platina
|
6
|
- pH ( H20) 1: 2,5
|
< 4,0 ; > 7,0
|
Potensiometrik
|
pH meter;
pH
stick
skala 0,5 satuan
|
7
|
- Daya Hantar Listrik
/DHL
|
> 4,0 mS/cm
|
Tahanan
listrik
|
EC meter
|
8
|
- Jumlah mikroba
|
< 102 cfu/g tanah
|
Plating technique
|
cawan petri; colony
counter
|
Sumber :
Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000
Lampiran
3. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial
karateristik lahan pengelolaan
Sedang
Tinggi
1 Rejim
radiasi - - - 2 Rejim suhu - - -
3 Kelembaban udara - - - 4
Ketersediaan air
- Bulan kering + ++
Sistem irigasi/pengairan - Curah hujan + ++ Sistem irigasi/pengairan
5
Media
perakaran
-
Drainase
+ ++
Pembutan saluran draianse
-
Tekstur
- -
-
-
Kedalaman
tanah - + Umumnya
tidak dapat diperbaiki,
kecuali terdapat terdapat lapisan
padas lunak
-
Kematangan
gambut - - - - Ketebalan gambut - -
-
6
Retensi
hara
-
KTK
+ ++
Penambahan bahan organic
-
pH
+ ++ Pengapuran
7
Ketersediaan
hara
-
N
total + ++ Pemupukan - P tersedia + ++ Pemupukan
- K dapat dituakr + ++
Pemupukan
8
Bahaya
banjir
-
Periode
+ ++
Pembuatan tanggul penahan banjir
serta
-
Frekuensi
+ ++ Pembuatan
saluran drainase
9
Kegaraman
-
Salinitas
+ ++
Reklamasi
10
Toksisitas
-
Kejenuhan
+ ++ Pengapuran
Alumanium
-
Kedalaman
pirit - +
Pengaturan sistem tata air tanah
11
Kemudahan
- + Pengatuaran kelembaban tanah utuk pengolahan pengelolaan
12
Potensi
mekanisasi - - -
13
Bahaya
erosi + ++
Pembuatan teras, penanaman
sejajar
kontur, penanaman penutup
lahan
Lampiran 4. Kriteria untuk penentuan
kelas kesesuaian lahan
Kelas
Kesesuaian Lahan
|
Kriteria
|
S1:
sangat sesuai
|
Unit lahan tidak memiliki pembatas atau
hanya memiliki empat pembatas ringan.
|
S2:
cukup sesuai
|
Unit lahan memiliki lebih dari empat
pembatas ringan, dan atau memiliki tidak lebih dari tiga pembatas
sedang.
|
S3:sesuai
marginal
|
Unit lahan memiliki lebih dari tiga
pembatas sedang, dan atau satu pembatas berat.
|
N:
tidak sesuai
|
Unit lahan memiliki lebih dari satu
pembatas berat atau sangat berat
|
Sumber : Azis, dkk
(2005)
lampiran
5. Hubungan antara karakteristik kesesuaian lahan dan tingkat pembatas
Tingkat Pembatas
|
Karakteristik
Kesesuaian Lahan
|
0: no (tidak ada)
|
S1:
sangat sesuai
|
1: slight (ringan)
|
S2:
cukup sesuai
|
2: moderate (sedang)
|
S3:
sesuai marginal
|
3: severe (berat)
4: very severe (sangat
berat)
|
N:
tidak sesuai
|
Sumber : Azis, dkk
(2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar