Kamis, 10 Mei 2018

MAKALAH PENIALAIAN LAHAN TERCEMAR MATA KULIAH MANAJEMEN LAHAN BERKELANJUTAN


MAKALAH
PENIALAIAN LAHAN TERCEMAR
MATA KULIAH MANAJEMEN LAHAN BERKELANJUTAN

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Soesilo Wibowo, MS
Wasissa Titi Ilhami, SP.M.Si
Dr. Ir. M. Nasir Nane, MP
Ismi Puji Ruwaida, SP, MP







Disusun Oleh :
Zawad Mushappudin
NIRM.04.1.15.0717
Tingkat II A
Semester IV

JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR
2017



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat  dan Karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Tugas makalah Manajemen Lahan Berkelanjutan yang berjudul Penialaian Lahan Tercemar.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapak Dr.Ir. Soesilo Wibowo, MS selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen Lahan Berkelanjutan.
2.      Ibu Wasissa Titi Ilhami, SP, MSi selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen Lahan Berkelanjutan.
3.      Bapak Dr. Ir. M. Nasir Nane, MP selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen Lahan Berkelanjutan.
4.      Ibu Ismi Puji Ruwaida, SP, MP selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen Lahan Berkelanjutan.
5.      Oma Anwar selaku Instruktur Mata Kuliah Manajemen Lahan Berkelanjutan.
6.      Semua Pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam segala hal tidak ada kata yang sempurna, termasuk dalam pembuatan tugas makalah ini, untuk  itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Semoga tugas ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umunya dan semoga bisa memberikan sumbangsih yang positif bagi kita semua.


 Bogor, Mei 2017

                                                                                         Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................  1
1.2 Tujuan............................................................................................... 2
1.3 Manfaat............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 3     
2.1 Pencemaran Lahan............................................................................ 3     
2.2  Penilaian Lahan................................................................................ 4
2.3  Karakteristik Lahan dan Kualitas Lahan .........................................  4
2.4 Kelas Kemampuan Lahan................................................................. 5
2.5 Klasifikasi Kemampuan Lahan......................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN.............................................................................. 11
3.1 Tahapan Evaluasi Lahan................................................................... 11
3.2 Penyusunan Karakteristik Lahan...................................................... 12
3.2 Penyebab Pencemaran Lahan........................................................... 13
3.3 Dampak Pencemaran......................................................................... 15
3.4 Solusi Bagi Lahan Tercemar............................................................. 16
BAB IV PENUTUP........................................................................................ 18
4.1 Kesimpulan....................................................................................... 18
4.2 Saran................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 20

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan............................. 5
Tabel 2. Kelas Kemampuan Lahan.................................................................. 6
Tabel 3. Klasifikasi kemiringan lereng............................................................ 8
Tabel 4. Klasifikasi kelas kedalaman efektif tanah.......................................... 9
Tabel 5. Klasifikasi tekstur tanah..................................................................... 9
Tabel 6. Penilaian Permeabilitas Tanah........................................................... 10
Tabel 7. Klasifikasi drainase tanah.................................................................. 10





DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Metode Penilaian dan Arahan Penggunaan Lahan............. 13
Gambar 2. Lahan Yang Terkena Limbah Sampah........................................... 14
Gambar 3. Lahan Yang Terkena Limbah B3................................................... 15




DAFTAR LAMPIRAN
Lampran 1. Contoh Lahan Yang Tercemar...................................................... 20
Lampiran 2. Krtiteria Baku Kerusakan Tanah Di Lahan Basah......................  20
Lampiran 3. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Untuk Menjadi Potensial   21
Lampiran 4. Kriteria Untuk Penentuan Kelas Kesesuaian Lahan.................... 22
Lampiran 5. Hubungan Antara Karakteristik Kesesuaian Lahan Dan Tingkat Pembatas     22




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kebutuhan lahan yang semakin meningkat, langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian dan non-pertanian, memerlukan teknologi tepat guna dalam upaya mengoptimalkan penggunaan lahan secara berkelanjutan. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah dan efisien diperlukan tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik. Data iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman serta terhadap aspek manajemennya perlu diidentifikasi melalui kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan.
Seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut. Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya menyebabkan berkurangnya luas areal pertanian, pencemaran tanah dan badan air yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain.                                                                             
Sedangkan kegiatan pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan sedimentasi, serta kekeringan. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah berubah atau hilangnya bentuk permukaan bumi (landscape), terutama pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining) meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi.
Penilaian lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil penilaian lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai

untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).
1.2   Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
a.       Memberikan pengetahuan tentang pencemaran lahan.
b.      Memberikan pengetahuan tentang penilaian lahan tercemar.
c.       Memberikan wawasan tentang karakteristik lahan dan kualitas lahan.
d.      Memberikan pengetahuan tentang kelas lahan.
e.       Memberikan pengetahuan tentang kemampuan lahan.
1.3  Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah penilaian lahan tercemar adalah sebagai berikut:
1.      Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan mahasiswa mengenai penilaian lahan tercemar.
2.      Dapat digunakan untuk memberikan masukan dalam meningkatkan dan menjaga lahan pertanian.
3.      Dapat menjadi referensi bacaan tentang penilaian lahan tercemar.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pencemaran Lahan
Pencemaran merupakan masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketinggkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi dengan peruntukannya. Lahan yang tercemar merupakan lahan yang keadaan lingkungan tanah alaminya telah mengalami perubahan atau penambahan senyawa kimia yang dibuat oleh manusia, sehingga keadaan lingkungan tanahnya sudah tidak alami lagi, melainkan telah tercemar oleh bahan-bahan kimia maupun logam logam yang berbahaya. Sehingga remediasi lahan tercemar merupakan proses perbaikan lahan yang keadaan lingkungan tanahnya sudah tidah alami atau tercemar menjadi suatu keadaan lingkungan tanah yang baik yang mampu menjadikan tanah sesuai dengan kondisi pertumbuhan bagi tanaman.
Banyak hal yang dapat menyebabkan tercemarnya suatu tanah atau lahan. Fuad Amzani dalam makalahnya yang berjudul “Pencemaran Tanah Dan Cara Penanggulangannya” pada tahun 2012 mengatakan bahwa ada beberapa komponen yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap tanah, yaitu :
1.      Limbah domestik, terdiri atas limbah cair dan limbah padat.
2.      Limbah industri.
3.      Limbah Pertanian.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian dalam artikelnya yang berjudul “Strategi Penanggulangan Pencemaran Lahan Pertanian Dan Kerusakan Lingkungan” pada tahun 2008 mengatakan bahwa Pembangunan kawasan industri pada areal pertanian subur, produktif, dan po-tensial selain mengurangi luas lahan per-tanian, juga sering kali menimbulkan per-masalahan lingkungan bagi masyarakat sekitarnya, yaitu pencemaran bahan ber-bahaya dan beracun (B3) melalui limbah-nya. Limbah industri yang dibuang ke badan air atau sungai dan lingkungan sekitarnya dapat mencemari tanah, air, dan tanaman apabila digunakan sebagai sum-ber air pengairan. Pada umumnya tanaman

tidak mengalami gangguan fisiologis, namun kualitas hasil/produk pertanian tercemari berbahaya bagi konsumen.
2.2  Penilaian Lahan
Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah (soil), dimana lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi penggunaannya, sedangkan tanah hanya merupakan satu aspek dari lahan. Konsep lahan meliputi iklim, tanah, hidrologi, bentuk lahan, vegetasi dan fauna, termasuk di dalamnya akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas manusia baik masa lampau maupun masa sekarang (Dent dan Young, 1981). Kualitas lahan merupakan sifat-sifat yang kompleks  dari suatu lahan. Masing- masing kualitas lahan mempunyai keragaan tertentu yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya untuk suatu penggunaan tertentu. Setiap kualitas lahan dapat terdiri dari satu atau lebih karateristik lahan (FAO, 1976).
Penilaian lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan (Ritung dkk., 2007). Penilaian lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). 
Penilaian lahan merupakan proses penilaian lahan jika diperlukan untuk tujuan tertentu, yang meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang dikembangkan. Berdasarkan tujuan evaluasi, klasifikasi lahan dapat berupa klasifikasi kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan (Arsyad, 2006). 
2.3  Karakteristik Lahan dan Kualitas Lahan
Kualitas lahan merupakan sifat-sifat yang kompleks  dari suatu lahan. Masing-masing kualitas lahan mempunyai keragaan tertentu yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya untuk suatu penggunaan tertentu (FAO, 1976).
 Karateristik lahan merupakan atribut dari lahan yang dapat diukur dan diduga secara langsung yang berhubungan dengan penggunaan lahan tertentu,

misalnya kemiringan lereng, curah hujan, dan tekstur tanah, dan sebagainya. (FAO, 1976).
Djaenudin et al. (2000) mengemukakan kualitas dan karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi lahan pada Tabel. 1
Tabel 1. Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan
Simbol Tc
Kualitas Lahan
Karakteristik Lahan
Temperatur
1. Temperatur rerata (o C ) atau elevasi (m)
Wa

Ketersediaan air
1.  Curah Hujan (mm)
2.  Lamanya masa kering (bulan)
3.  Kelembaban udara
Oa
Ketersediaan oksigen
1. Drainase
Rc
Media perakaran
1.  Tekstur
2.  Bahan kasar (%)
3.  Kedalaman tanah
4 Ketebalan gambut
5. Kematangan gambut
Nr

Retensi hara
1.  KTK Liat (cmol(+)/kg)
2.  Kejenuhan Basa (%)
3.  pH H2O
4.  C-Organik
Xc
Toksisitas
1.  Aluminium
2.  Salinitas/DHL (ds/m)
Xn
Sodisitas
1. Alkalinitas (%)
Xs
Bahaya sulfidik
1. Pyrit (Bahan Sulfidik)

Eh

Bahaya erosi
1.  Lereng (%)
2.  Bahaya erosi
Fh
Bahaya Banjir
1. Genangan
Lp
Media Perakaran
Retensi Hara
Penyiapan Lahan
1.  Batuan di permukaan (%)
2.  Singkapan batuan (%)
Sumber : Djaenudin et al. (2000).
2.4  Kelas Kemampuan Lahan
Kelas kemampuan lahan adalah kelompok penggunaan lahan suatu wilayah sesuai dengan kemampuan lahan tersebut untuk dapat digunakan secara efisien dan optimal, dengan perlakuan-perlakuan tertentu sehingga dapat dipergunakan secara berkelanjutan (Tjokrokusumo,2002)

Arsyad (2006) mengemukakan delapan kelas kemampuan lahan yang dapat dilihat pada Tabel 2. Kelas kemampuan lahan memiliki masing-masing faktor penghambat yang mempengaruhi penggunaan lahannya.
Tabel 2. Kelas Kemampuan Lahan 
No.
Kelas
Ciri-Ciri
1.
I
Mempunyai sedikit penghambat yang membatasi penggunaannya, sesuai untuk berbagai penggunaan pertanian, mulai dari tanaman semusim (dan tanaman pertanian pada umumnya), tanaman rumput, padang rumput hutan produksi, dan cagar alam.  
2.
II
Memiliki beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaannya atau mengakibatkannya memerlukan tindakan konservasi yang sedang.  
3.
III
Mempunyai hambatan yang berat yang mengurangi pilihan pengunaan atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau keduanya. Hambatan yang terdapat pada tanah dalam lahan kelas III membatasi lama penggunaannya bagi tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan tanaman atau kombinasi pembatas-pembatas tersebut.   
4.
IV
Dapat digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian dan pada umumnya tanaman rumput, hutan produksi, padang penggembalaan, hutan lindung dan cagar alam.  
5.
V
Tidak terancam erosi akan tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak praktis untuk dihilanghkan yang membatasi pilihan pengunaannya sehingga hanya sesuai untuk tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi atau hutan lindung dan cagar alam.  
6.
VI
Mempunyai hambatan yang berat yang menyebabkan tanah-tanah ini tidak sesuai untuk pengunaan pertanian. Penggunaannya terbatas untuk tanaman rumput atau padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, atau cagar alam.   
7.
VI
Tidak sesuai untuk budidaya pertanian, Jika digunakan untuk padanag rumput atau hutan produksi harus dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang berat.  
8.
VIII
Tidak sesuai untuk budidaya pertanian, tetapi lebih sesuai untuk dibiarkan dalam keadaan alami. Lahan kelas VIII bermanfaat sebagai hutan lindung, tempat rekreasi atau cagar alam.  
Sumber: Arsyad (2006)
2.5  Klasifikasi Kemampuan Lahan
Klasifikasi kemampuan lahan adalah penilaian komponen lahan yang menurut Arsyad (1909) adalah penilaian komponen-komponen lahan secara sistematis dan pengelompokan ke dalam berbagai kategori berdasar sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaan lahan.

Menurut Hadmoko (2012), beberapa metode klasifikasi kemampuan lahan adalah sebagai berikut:
1.      Metode kualitatif/deskriptif
Metode ini didasarkan pada analisis visual/pengukuran yang dilakukan langsung dilapangan dengan cara mendiskripsikan lahan. Metode ini bersifat subyektif dan tergantung pada kemampuan peneliti dalam analisis.
2.      Metode statistik
Metode ini didasarkan pada analisis statistik variabel penentu kualitas lahan yang disebut diagnostic land characteristic (variabel x) terhadap kualitas lahannya (variabel y).
3.      Metode matching
Metode ini didasarkan pada pencocokan antara kriteria kesesuaian lahan dengan data kualitas lahan. Evaluasi kemampuan lahan dengan cara matching dilakukan dengan mencocokkan antara karakteristik lahan dengan syarat penggunaan lahan tertentu.
4.      Metode pengharkatan (scoring)
Metode ini didasarkan pemberian nilai pada masing-masing satuan lahan sesuai dengan karakteristiknya. 
Kriteria faktor pembatas yang menentukan kelas atau subkelas maupun satuan kemampuan lahan menurut Arsyad (2006), yaitu: 
1.      Iklim 
Dua komponen iklim yang paling mempengaruhi kemampuan lahan, yaitu temperatur dan curah hujan. Temperatur yang rendah mempengaruhi jenis dan pertumbuhan tanaman. Di daerah tropika yang paling penting mempengaruhi temperatur udara adalah ketinggian letak suatu tempat dari permukaan laut. Udara  yang bebas bergerak akan turun temperaturnya pada umumnya dengan 1 setiap 100 m naik di atas permukaan laut. Penyediaan air secara alami berupa curah hujan yang terbatas atau rendah di daerah agak basah (sub humid), agak kering (semi arid), dan kering (arid) mempengaruhi kemampuan tanah. 



2.      Lereng
Ancaman erosi dan erosi yang telah terjadi kerusakan tanah oleh erosi sangat nyata mempengaruhi penggunaan tanah, cara pengelolaan atau keragaan (kinerja) tanah disebabkan oleh alasan-alasan berikut: 
o   Suatu kedalaman tanah yang cukup harus dipelihara agar didapatkan produksi tanaman yang sedang sampai tinggi. 
o   Kehilangan lapisan tanah oleh erosi mengurangi hasil tanaman. 
o   Kehilangan unsur hara oleh erosi adalah penting tidak saja oleh karena pengaruhnya terhadap hasil tanaman akan tetapi juga oleh karena diperlukan biaya penggantian unsur hara tersebut untuk dapat memelihara hasil tanaman yang tinggi. 
o   Kehilangan lapisan permukaan tanah merubah sifat-sifat fisik lapisan olah yang akan sangat jelas kelihatan pada tanah yang lapisan bawah bertekstur lebih halus.
o   Kehilangan tanah oleh erosi menyingkap lapisan bawah yang memerlukan waktu dan perlakuan yang baik untuk dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi tanaman.
o   Bangunan-bangunan pengendalian air dapat rusak oleh sedimen yang berasal dari erosi. 
o   Jika terbentuk parit-parit oleh erosi (gully) maka akan lebih sulit pemulihan tanah untuk menjadi produktif kembali. 
Kecuraman lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng semuanya mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Kecuraman lereng tercacat atau dapat diketahui pada peta tanah. 
Tabel 3. Klasifikasi kemiringan lereng 
No
Kelas
Kemiringan Lereng
1.
A = Datar  
0% sampai <3%
2.
B = Landai atau berombak  
>3% sampai 8%
3.
C = Agak miring atau bergelombang  
>8% sampai 15%
4.
D = Miring atau berbukit
>15% sampai 30%
5.
E = Agak curam atau bergunung  
>30% sampai 45%
6.
F = Curam  
>45% sampai 65%
7.
G = Sangat curam
>65%
Sumber: Arsyad (2006)

3.      Kedalaman Tanah (k) 
Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu kedalaman sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah sampai sejauh mana tanah dapat ditumbuhi akar, menyimpan cukup air dan hara, umumnya dibatasi adanya kerikil dan bahan induk atau lapisan keras yang lain, sehingga tidak lagi dapat ditembus akar tanaman (Utomo, 1989). 
Tabel 4. Klasifikasi kelas kedalaman efektif tanah 
No
Kelas
Kedalaman Efektif
        1.              
k0 = dalam  
lebih dari 90 cm
        2.              
k1 = sedang  
90 sampai 50 cm
        3.              
k2 = dangkal  
50 sampai 25
        4.              
k3 = sangat dangkal  
kurang dari 25 cm
Sumber: Arsyad (2006)
4.      Tekstur Tanah (t) 
Tekstur tanah adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya.
Tabel 5. Klasifikasi tekstur tanah  
No
Kriteria
Ciri-Ciri
1.  
t1 = tanah bertekstur halus  
Tekstur liat berpasir, liat berdebu dan liat.
2.  
t2 = tanah bertekstur agak halus  

Tekstur lempung liat berpasir, lempung berliat dan lempung liat berdebu.
3.  
t3 = tanah bertekstur sedang  
Tekstur lempung, lempung berdebu dan debu.
4.  

t4 = tanah bertekstur agak kasar  
Tekstur lempung berpasir, lempung berpasir halus dan lempung berpasir sangat halus.
5.  
t5 = tanah bertekstur kasar  
Tekstur pasir berlempung dan pasir.
Sumber: Arsyad (2006) 
5.      Permeabilitas (p) 
Permeabilitas merupakan kemampuan tanah untuk melalukan air dan udara. Secara kuantitatif, permeabilitas merupakan kecepatan aliran air pada tanah jenuh per satuan waktu pada hidraulik tertentu (Utomo,1989).


Tabel 6. Penilaian Permeabilitas Tanah 
Kelas
Permeabilitas ( cm/jam)
Nilai
cepat  
>25,4
1
sedang sampai cepat  
12,7-25,4
2
sedang  
6,3-12,7
3
sedang sampai lambat  
2,0-6,3
4
lambat  
0,5-2,0
5
sangat lambat  
<0,5
6
Sumber: Hanmer (1978) dalam Departemen Ilmu Tanah (2009)
6.      Drainase (d) 
Drainase adalah kondisi mudah tidaknya air menghilang dari permukaan tanah yang mengalir melalui aliran permukaan atau melalui peresapan ke dalam tanah (Utomo, 1989).
Tabel 7. Klasifikasi drainase tanah 
No
Kriteria
Ciri-Ciri
1.

d1 = baik
Tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah (150 cm) bewarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu.
2.

d2 =agak baik  
Tanah mempunyai peredaran udara baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah). 
3.
d3 = agak buruk  
Lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu. Bercakbercak terdapat pada seluruh lapisan bagian bawah (sekitar 40 cm dari permukaan tanah). 
4.
d4 = buruk  
Bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-bercak bewarna kelabu, coklat, dan kekuningan.
5.
d5 = sangat buruk 
Seluruh lapisan sampai permukaan tanah bewarna kelabu dan tanah lapisan bawah bewarna kelabu atau terdapat bercak-bercak bewarna kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
Sumber: Arsyad (2006) 




BAB III
PEMBAHASAN
Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi lahan untuk bermacam-macam alternatif penggunaan. Evaluasi kesesuaian lahan sangat fleksibel, tergantung pada keperluan kondisi wilayah yang hendak dievaluasi. Tujuan dari evaluasi lahan adalah untuk menentukan nilai suatu lahan untuk tujuan tertentu.Usaha ini dapat dikatakan melakukan usaha klasifikasi teknis suatu daerah. Fungsi evaluasi sumberdaya lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil. Manfaat dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan.
3.1  Tahapan Evaluasi Lahan
1.       Pendekatan
Dalam evaluasi lahan ada 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh mulai dari tahap konsultasi awal (initial consultation) sampai kepada klasifikasi kesesuaian lahan (FAO, 1976). Kedua pendekatan itu adalah: 1) pendekatan dua tahapan (two stage approach); dan 2) pendekatan paralel (parallel approach).
a.       Pendekatan dua tahapan
Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan tahap kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasi sumber daya lahan baik untuk tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi (FAO, 1976). Klasifikasi kesesuaian tahap pertama didasarkan pada kesesuaian lahan untuk jenis penggunaan yang telah diseleksi sejak awal kegiatan survei, seperti untuk tegalan (arable land) atau sawah dan perkebunan.Konstribusi dari analisis sosial ekonomi terhadap tahap pertama terbatas hanya untuk mencek jenis penggunaan lahan yang relevan. Hasil dari kegiatan tahap pertama ini disajikan dalam bentuk laporan dan peta yang kemudian dijadikan subjek pada tahap kedua untuk segera ditindak lanjuti dengan analisis aspek ekonomi dan sosialnya

b.       Pendekatan parallel
Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan secara serempak bersamaan dengan pengujian faktor-faktor fisik. Cara seperti ini umumnya menguntungkan untuk suatu acuan yang spesifik dalam kaitannya dengan proyek pengembangan lahan pada tingkat semi detil dan detil. Melalui pendekatan paralel ini diharapkan dapat memberi hasil yang lebih pasti dalam waktu yang singkat.
2.       Penyiapan Data
Untuk melakukan evaluasi lahan baik dengan menggunakan pendekatan dua tahapan maupun pendekatan paralel perlu didahului dengan konsultasi awal. Konsultasi awal ini untuk menentukan tujuan dari evaluasi yang akan dilakukan, data apa yang diperlukan dan asumsi-asumsinya yang akan dipergunakan sebagai dasar dalam penilaian. Evaluasi lahan yang akan dilakukan tergantung dari tujuannya yang harus didukung oleh ketersediaan data dan informasi sumber daya lahan. Pelaksanaan Evaluasi lahan dibedakan ke dalam tiga tingkatan, yaitu: tingkat tinjau skala 1:250.000 atau lebih kecil; semi detil skala 1:25.000 sampai 50.000; dan detil skala 10.000 sampai 25.000 atau lebih besar. Jenis, jumlah, dan kualitas data yang dihasilkan dari ketiga tingkat pemetaan tersebut bervariasi, sehingga penyajian hasil evaluasi lahan ditetapkan sebagai berikut: pada tingkat tinjau dinyatakan dalam ordo, tingkat semi detil dalam kelas/subkelas, dan pada tingkat detil dinyatakan dalam subkelas/subunit. Petunjuk Teknis ini disarankan dipakai terutama untuk tingkat pemetaan semi detil.
3.2  Penyusunan karakteristik lahan
Karakteristik lahan yang merupakan gabungan dari sifat-sifat lahan dan lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan uraiannya, peta/data iklim dan peta topografi/elevasi. Karakteristik lahan diuraikan pada setiap satuan peta tanah (SPT) dari peta tanah, yang meliputi: bentuk wilayah/lereng, drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan atas 0-30 cm, dan lapisan bawah 30-50 cm), pH tanah, KTK liat, salinitas, kandungan pirit,

banjir/genangan dan singkapan permukaan (singkapan batuan di permukaan tanah). Data iklim terdiri dari curah hujan rata-rata tahunan dan jumlah bulan kering, serta suhu udara diperoleh dari stasiun pengamat iklim. Data iklim juga dapat diperoleh dari peta iklim yang sudah tersedia, misalnya peta pola curah hujan, peta zona agroklimat atau peta isohyet. Peta-peta iklim tersebut biasanya disajikan dalam skala kecil, sehingga perlu lebih cermat dalam penggunaannya untuk pemetaan atau evaluasi lahan skala yang lebih besar, misalnya skala semi detail (1:25.000-1:50.000).
Suhu udara didapatkan dari stasiun pengamat iklim di lokasi yang akan dievaluasi atau diestimasi dengan Persamaan (Braak, 1928) jika data tidak tersedia.
Gambar 1. Bagan metode Penilaian dan arahan penggunaan lahan
Kelaskesesuaian
Data/petaiklim
-
Curahhujan
-
Suhuudara
Petatopografi
-
Relief
-
Elevasi
Data/petatanah
-
Lereng
-
Karakteristiktanah
KARAKTERISTIKLAHAN
MATCHING
KESESUAIANLAHANUTK
KOMODITASPRIORITAS
Persyaratantanaman
/
Penggunaanlahan
ARAHAN
PENGGUNAANLAHAN
Penggunaanlahan
aktual

3.3  Penyebab Pencemaran Lahan
Secara umum, Pencemaran tanah atau lahan dapat disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian.
a.       Limbah domestik
Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk; perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.

1.      Limbah padat berupa sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kantong plastik, bekas kaleng minuman, bekas botol plastik air mineral, dan sebagainya.
Gambar 2. Lahan yang terkena limbah sampah

2.      Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah.
b.      Limbah industri
Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk; perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.
1.      Limbah industri berupa limbah padat yang merupakan hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dan lain-lain.

2.      Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam.
Gambar 3. Lahan yang terkena limbah B3

c.       Limbah pertanian
Limbah pertanian berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea Pestisida pemberantas hama tanaman misalnya DDT.
3.4  Dampak Pencemaran
Pencemaran lahan atau tanah banyak mempunyai dampak negatif yang merugikan bagi alam maupun manusia. Dampak-dampak negatif yang ditimbulkan diantaranya pada kesehatan dan ekosistem.
a.       Pada Kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
b.      Pada Ekosistem
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat

memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia

asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
3.5  Solusi Bagi Lahan Tercemar
Banyak  hal yang dapat di lakukan untuk menanggulangi lahan tercemar salah satunya dengan melakukan usaha – usaha untuk mecegah agar tidak bertambah lagi tanah atau lahan yang tercemar dan memperbaiki tanah dan lahan yang tercemar tersebut. Salah satu solusi untuk memperbaiki lahan yang sudah tercemar adalah dengan remediasi dan bioremediasi lahan tersebut.
a.       Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah. Dalam hal ini remediasi yang di lakukan bertujuan memperbaik lahan atau tanah yang sudah tercemar. Sebelum dilakukan remediasi, hal yang perlu diketahui adalah: Jenis perusak atau pencemar (organik/ anorganik), terdegredasi/ tidak, berbahaya  atau tidak, berapa banyak zat perusak/ pencemar yang telah merusak/ mencemari tanah tersebut, perbandingan Karbon (C), Nitrogen (N), dan Fosfat (P), Jenis tanah, Kondisi tanah (basa, kering) dan telah berapa lama zat perusak terendapkan di lokasi tersebut. Ada dua jenis remediasi tanah:

1.      In situ (on-site)
In situ adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah. Jenis remediasi ini terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.



2.      Ex situ (off site)
Ex situ meliputi penggalian tanah  yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Dari daerah aman, tanah  tersebut dibersihkan dari zat pencemar, caranya: Tanah tersebut disimpan di bak/ tangki yang kedap. Kemudian pembersih dipompakan ke bak/ tangki tersebut. Selanjutnya zat perusak/ pencemar dipompakan keluar dari bak  yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
b.      Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan perusakan atau pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi  bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbondioksida dan air).
Empat teknik dasar yang biasanya digunakan dalam bioremediasi:
1.      Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrient, pengaturan kondisi redoks, optimasi PH, dan sebagainya.
2.      Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus.
3.      Penerapan immobilized enzymes.
4.      Penggunaan tanaman (phyroremediation)
Proses bioremediasi harus memperhatikan:
·         Temperatur tanah
·         Ketersediaan air
·         Nutrient (N,P,K)
·         Perbandingan C:N kurang dari 30:1
·         Ketersediaan oksigen





BAB IV
PENUTUP
4.1  Ksimpulan
Penilaian lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Lahan yang tercemar merupakan lahan yang keadaan lingkungan tanah alaminya telah mengalami perubahan atau penambahan senyawa kimia yang dibuat oleh manusia, sehingga keadaan lingkungan tanahnya sudah tidak alami lagi, melainkan telah tercemar oleh bahan-bahan kimia maupun logam logam yang berbahaya.
Secara umum, Pencemaran tanah atau lahan dapat disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian.  Salah satu solusi untuk memperbaiki lahan yang sudah tercemar adalah dengan remediasi dan bioremediasi lahan tersebut.
4.2  Saran
Untuk lebih memahami semua tentang penilaian lahan tercemar, disarankan para pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu, diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dalam menjaga kelestarian tanah beserta penyusun yang ada di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA
SofyanRitung, Wahyunto, Fahmuddin Agus dan HapidHidayat. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan. Aceh Barat : WorldAgroforestryCentre.
Arsyad (2010). Konservasi Tanah dan Air. (edisi ke dua) Bogor: Serial Pustaka IPB Press.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1992. 5 Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian (1987-1991). Sumbangan dan Menyongsong Era Tinggal landas. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian RI. Jakarta.
Buckle. K, Edward.R, Fleet.G, Wotton. M. 1987. Evaluasi Lahan. UI.Press.
Jakarta.
Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
https://hanifweb.wordpress.com/2013/05/05/pencemaran-tanah/. Diakses tanggal 12 April 2017.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran tanah/sumber-dan-komponen-bahan-pencemar-tanah/. Diakses pada tanggal 16 April 2017.





DAFTAR LAMPIRAN
Lampran 1. Contoh lahan yang tercemar
Gambar pengangkatan limbah dari lahan
Gambar Keadaan Lahan Pasca Kebakaran Lahan

Lampiran 2. Krtiteria baku kerusakan tanah di lahan basah
NO.
PARAMETER
AMBANG KRITIS
METODE PENGUKURAN
PERALATAN
1.
- Subsidensi gambut di atas pasir kuarsa
> 35 cm/5 tahun untuk ketebalan gambut  >  3  m  atau
10%/5 tahun untuk ketebalan  gambut < 3m
Pengukuran langsung

Patok subsidensi

2
-    Kedalaman    lapisan berpirit dari permukaan tanah
 < 25 cm dengan pH < 2,5
Reaksi  oksidasi dan pengukuran langsung
Cepuk plastik; H202; pH   stick   skala   0,5 satuan; meteran

3
   Kedalaman    air tanah dangkal

> 25 cm
Pengukuran langsung
Meteran

4
 -  Redoks  untuk  tanah berpirit

> -100 mV

Tegangan listrik
pH meter; elektroda platina

5

- Redoks untuk gambut

> 200 mV

Tegangan listrik
pH meter; elektroda platina

6

- pH ( H20) 1: 2,5

< 4,0 ; > 7,0

Potensiometrik

pH  meter;  pH  stick
skala 0,5 satuan

7

- Daya Hantar Listrik
/DHL

> 4,0 mS/cm



Tahanan listrik

EC meter


8

- Jumlah mikroba
< 102 cfu/g tanah

Plating technique
cawan petri; colony counter
Sumber : Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000
Lampiran 3. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial
          No            Kualitas dan                  Tingkat                          Jenis perbaikan
                    karateristik lahan           pengelolaan
Sedang Tinggi
1   Rejim radiasi    -           -           - 2        Rejim suhu       -           -     -
3 Kelembaban udara - - - 4 Ketersediaan air   
     - Bulan kering   +          ++        Sistem irigasi/pengairan            - Curah hujan   +          ++     Sistem irigasi/pengairan
5             Media perakaran                                
-   Drainase +          ++        Pembutan saluran draianse
-   Tekstur   -           -           -
-   Kedalaman tanah            -           +          Umumnya tidak dapat diperbaiki,
kecuali terdapat terdapat lapisan padas lunak
-   Kematangan gambut       -           -           -           - Ketebalan gambut       -           -           -
6             Retensi hara                          
-   KTK       +          ++        Penambahan bahan organic
-   pH          +          ++        Pengapuran
7             Ketersediaan hara                              
-   N total    +          ++        Pemupukan      - P tersedia       +          ++        Pemupukan      - K dapat dituakr   +          ++        Pemupukan
8             Bahaya banjir                                    
-   Periode   +          ++        Pembuatan tanggul penahan banjir
serta 
-   Frekuensi           +          ++        Pembuatan saluran drainase
9             Kegaraman                            
-   Salinitas +          ++        Reklamasi
10         Toksisitas                              
-   Kejenuhan          +          ++        Pengapuran
Alumanium
-   Kedalaman pirit -           +          Pengaturan sistem tata air tanah
11         Kemudahan - + Pengatuaran kelembaban tanah utuk pengolahan         pengelolaan
12         Potensi mekanisasi    -           -           -
13         Bahaya erosi +          ++        Pembuatan teras, penanaman
sejajar kontur, penanaman penutup
lahan
Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka ,2007




Lampiran 4. Kriteria untuk penentuan kelas kesesuaian lahan 
Kelas Kesesuaian  Lahan
Kriteria
S1: sangat sesuai   
Unit lahan tidak memiliki pembatas atau hanya memiliki empat pembatas ringan. 
S2: cukup sesuai   
Unit lahan memiliki lebih dari empat pembatas ringan, dan atau memiliki tidak lebih dari tiga pembatas sedang. 
S3:sesuai marginal   
Unit lahan memiliki lebih dari tiga pembatas sedang, dan atau satu pembatas berat. 
N: tidak sesuai   
Unit lahan memiliki lebih dari satu pembatas berat atau sangat berat 
Sumber : Azis, dkk (2005) 
lampiran 5. Hubungan antara karakteristik kesesuaian lahan dan tingkat pembatas
Tingkat Pembatas
Karakteristik Kesesuaian Lahan
   0: no (tidak ada)                                            
S1: sangat sesuai 
   1: slight (ringan)                                           
S2: cukup sesuai 
   2: moderate (sedang)                                    
S3: sesuai marginal 
   3: severe (berat)                                            
   4: very severe  (sangat berat)                      
N: tidak sesuai 
Sumber : Azis, dkk (2005)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar